Lima
fajar temui lapang, embun terangkat siang
kaki - kaki kecil yang telanjang
lari sana lari sini lempar riang
tidak ada sedih melintang, sungguh
terik mengangkang di atas kepala botak mereka
sekedar mengingatkan bila sudah masuk jam kerja
pergi mencari beberapa receh koin garuda
mencari keadilan yang tak tau seperti apa wujudnya
***
asap rokok juga keringat sore berbaur satu
segala letih pun keluh merengek belagu
sehari penuh kejar setoran, begitu sopir angkutan mengadu
sehari utuh nunggu dagangan, begitu cerita tukang tahu
di kursi penumpang belakang sekumpulan ibu - ibu sibuk diskusi
bisik bisik soal pertarungan sengit minyak versus telor yang terus terusan makan hati
juga tentang biaya sekolah yang makin hari makin tinggi
tak ketinggalan perihal tetangga yang punya hutang sana sini
obrolan antar ibu - ibu juga antara sopir angkutan dan tukang tahu, begitulah
keluhan keluhan yang dikemas lucu, padahal dalam hati marah - marah
nun jauh di gedung ringkih di ibu kota, tidak kalah seru diskusi antar fraksi
tentang persentase keuntungan pribadi
atau tiket gratis liburan ke luar negeri
atau tarif pulsa yang tingginya cekik nadi
kemudian,
keadilan pelan - pelan menguap dari lubang celana pejabat negeri
beriringan dengan makian ibu - ibu hingga tukang tahu tadi
berbenturan dengan keadilan yang dipertanyakan bocah - bocah telanjang kaki
ya, beginilah ~
***
kelaparan di panasnya surya yang menganga
seorang nenek usia senja lantas tergiur dengan mangga yang terjulur manja
diambil kemudian olehnya, nenek lupa bahwa mencuri itu dosa
nenekpun terjerat dalam bui, tidak punya cukup uang untuk sewa advokat dalam negeri
tak sanggup main damai dengan hakim pengadilan tinggi ~
lalu,
beralih cerita
kerakusan yang masih saja gerogoti nurani
tidak tahan sedikit ambil komisi
sedikit, cukuplah untuk menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi
sarjana - sarjana di kota menyebutnya korupsi, masih satu arti dengan mencuri
lalu ketauan polisi, lantas tak segan ajukan transaksi
esoknya bebas melancong ke luar negeri ~
Hey, keadilan.
dimana kau?
mati di kandang sendiri?
ah, cupu sekali.
salam, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia