Pemilih Cerdas, Memilih yang Berkualitas
Suhu politik kampus, sudah mulai meninggi. Ditengah kesibukan kami merapikan tugas, dan laporan kuliah, mereka hadir dengan suguhan grand desain, visi, dan misi yang akan mereka kontribusikan. Secara bergantian, mereka menyampaikan sebuah tajuk rencana: Perubahan, yang sangat menjanjikan. Dengan tangan terbuka dan secara lebar-lebar. Kami sampaikan, Selamat datang para kandidat pemimpin Organisasi.
Tak berlebihan, segala kemampuan dana, tenaga, dan waktu, ditumpahkan semua demi suksesnya kemenangan. Dari poster yang luas, slogan yang memikat, sampai opini-opini publik yang mereka bangun. Adalah untuk satu kata yang tak pernah berubah, Perubahan.
Akhirnya, kita pun secara sadar ataupun tak sadar harus menjatuhkan pilihan, dan menyingkirkan keraguan -golput-. Karena disinilah parameter kita, sejauh mana pendidikan demokrasi yang sudah kita capai. Menghargai dan menghormati. Adalah budaya demokrasi yang akan dibangun untuk pemuda masa depan pelanjut estafet kepemimpinan.
Tak hanya kandidat yang harus cerdas, kita pun –pemilih-, harus memilih mereka –dipilih- dengan porsi kualitas. Karena, lagi-lagi demokrasi, adalah sebuah selera dan kesukaan. Diarahkan kemana kecondongan hati kita. Mau dibawa kemana.
Yang terpenting adalah, gunakan fasilitas pendidikan yang KPU berikan. Memilih untuk tidak memilih –golput-, adalah sebuah pendidikan dini ketidakjujuran akan makna manusia sebagai makhluk yang selalu dibolak-balikkan hatinya. Karena Tuhan menciptakan hati, untuk memilih. Itulah mengapa tak ada dua hati dalam saturongga. Pemilih Cerdas, Memilih yang Berkualitas.
Tak berlebihan, segala kemampuan dana, tenaga, dan waktu, ditumpahkan semua demi suksesnya kemenangan. Dari poster yang luas, slogan yang memikat, sampai opini-opini publik yang mereka bangun. Adalah untuk satu kata yang tak pernah berubah, Perubahan.
Akhirnya, kita pun secara sadar ataupun tak sadar harus menjatuhkan pilihan, dan menyingkirkan keraguan -golput-. Karena disinilah parameter kita, sejauh mana pendidikan demokrasi yang sudah kita capai. Menghargai dan menghormati. Adalah budaya demokrasi yang akan dibangun untuk pemuda masa depan pelanjut estafet kepemimpinan.
Tak hanya kandidat yang harus cerdas, kita pun –pemilih-, harus memilih mereka –dipilih- dengan porsi kualitas. Karena, lagi-lagi demokrasi, adalah sebuah selera dan kesukaan. Diarahkan kemana kecondongan hati kita. Mau dibawa kemana.
Yang terpenting adalah, gunakan fasilitas pendidikan yang KPU berikan. Memilih untuk tidak memilih –golput-, adalah sebuah pendidikan dini ketidakjujuran akan makna manusia sebagai makhluk yang selalu dibolak-balikkan hatinya. Karena Tuhan menciptakan hati, untuk memilih. Itulah mengapa tak ada dua hati dalam saturongga. Pemilih Cerdas, Memilih yang Berkualitas.
Muhamad Ase’ dan perubahan