Ayah Arti Kehidupan
Hampir setiap hari aku melalui jalan-jalan ibu kota, banyak pemandangan yang aku jumpai. Takjub, kesal bahkan haru pernah mampir dalam benakku. Kali ini aku melintas di jalan antara matraman dan senen, di tepi jalan banyak bapak-bapak mirip tukang parkir namun ia menawarkan cat ducco mobil atau ketok magic ataupun semacamnya, hingga dijalan kecil menuju kwitang pun ada. Satu hal dalam benakku ialah diterik panas seperti ini, kadang dalam keadaan hujan mereka tetap menawarkan jasanya. Padahal mobil yang melintas semuanya masih dalam keadaan bagus juga ditawari, lebih dari sepuluh jasa mengencangkan urat nadinya seraya meneriaki mobil yang lewat didepannya.
Pernah disuatu pagi (subuh) aku berjalan di perkampungan di pinggiran jakarta. Nampak seorang bapak membawa senter sambil menyorot ke sebuah selokan, ia sedang mencari gelas plastik air mineral. Sangat pagi saat itu, tetapi ia sudah menghangatkan dirinya dengan keringat sedang ayam pun belum berkokok, ia telusuri terus jalan setapak di kampung itu hingga aku pun tidak melihatnya lagi.
Pasti kita pun sering melihat sosok istimewa ini dalam frame yang berbeda tetapi dalam tema yang sama yaitu lirih. Aku terus berfikir kira-kira alasan mereka seperti itu?, rajin bekerja?, suka bekerja?. Rasanya bukan. Tetapi karena sesuap nasi, sesuap nasi sebagai buah dari tanggung jawab ayah terhadap keluarganya. Setiap ayah ingin keluarganya hidup dalam kecukupan. Setiap ayah ingin anaknya menjadi orang sukses dikemudian hari ‘harus lebih tinggi dari ayah’. Tulisan ini belum menggabarkan sosok inspirasi bernama ayah sepenuhnya, akan tetapi aku akan beritahu cara untuk memenuhi penggambaran itu.
“Pejamkan mata anda, bayangkan pengorbanan ayah anda!” kemudian katakan “aku cinta Ayah!”.
“ya Allah ampunilah dosa kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyangiku sewaktu aku masih kecil”
Ramdhani Purnomo