Dalam Sebuah Cerita
Namanya Alya
Usianya belum genap limaMatanya bulat bercahaya
Ia belum mengerti makna nafkah,
apalagi upah
Tapi Ia paham bahwa Ia harus bangun pagi dan bernyanyi di angkutan umum sepanjang jalan,
bila Ia ingin sarapan –
Namanya Alya
Usianya belum genap lima
Senyumnya lucu memesona
Ia tak tahu menahu persoalan korupsi yang melilit negerinya,
tapi Ia tahu persis bahwa uang lima ratus rupiah tidak cukup membeli roti coklat favoritnya –
Namanya Alya
Usianya belum genap lima
Kesepian tak pernah hentikan tawanya
Mengapa namaku Alya?
Tanya bocah itu suatu senja,
lalu Ia tertawa sendiri,
sebab Ia bertanya dalam hati –
Namanya Alya
Usianya belum genap lima
Giginya sudah tanggal dua
Kemarin pagi saat mentari menjemputnya bekerja,
Ia lihat gadis sebayanya berseragam putih merah,
dengan tas bergambar rapunzel yang tak Ia punya.
Matanya memerah, pedihnya menggunung
Ia menangis,
Ia iri,
Ia kesal –
Namanya Alya
Usianya belum genap lima
Hobinya menjelajah kata
Ia senang sekali melihat spanduk di tepian jalan,
Juga koran bekas yang terbuang
Ia gembira melihat besar kecil tumpukan kata,
Dalam hatinya membuncah tanya
Ia belum bisa membaca,
Ia ingin bisa membaca,Ia kesal kedua kalinya –
Namanya Alya
Usianya belum genap lima
Jalanan adalah hidupnya
Ketika orang dewasa memaki kemacetan yang meraja,
Ia girang
Mata coklatnya mengerjap menggemaskan,
Sebab Ia bisa lebih lama menjual suara –
Namanya Alya
Usianya belum genap lima
Gemar bertanya
Bu, bulan itu sejauh apa?
Ia bertanya di suatu malam purnama kepada ibunya
Yah, mengapa ayam berkokok tiap pagi?
Juga bertanya pada sang ayah suatu hari
Tapi ayah ibunya diam saja
Ia kesalIa tak suka
Namanya Alya
Usianya belum genap lima
Ia sebatang kara -
UPISUFIA