Dari Pergerakan menuju Peradaban
“Ambilah peluang lima perkara sebelum datangnya lima perkara: Usia mudamu sebelum tua,
masa sehat sebelum sakit, masa kayamu sebelum miskin, masa hidupmu sebelum mati,
Dalam perjalanan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan menuju bangsa yang berdaulat dan mandiri kerap kali melahirkan berbagai macam polemik dalam diri bangsa Indonesia. Meski telah terbebas dari penjajahan militer, namun penjajahan moral dan lunturnya nilai-nilai ideologi menjadi musuh utama dalam tubuh bangsa ini. Dekadensi moral, kehilangan eksistensi dan visi tanpa ideologi telah terlabel dalam jati diri bangsa ini sendiri. Sejarah telah mencatat, bagaimana perjuangan dalam menempuh ini semua harus di bayar mahal dengan ketimpangan dan kesenjangan. Dengan kesejahteraan sebagai harga belinya. Semakin jelaslah jarak antara penguasa dan rakyat jelata. Antara yang kaya dengan miskin papa. Segalanya menjadi pragmatis, dengan negara sebagai alat komoditas dagang. Lihat saja pendidikan di negeri ini yang tak dapat di kenyam dengan mudah. ”Harga banyak kualitas layak, harga murah kualitas rendah”. Itulah keadaan bangsa saat ini, bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia yang telah keluar dari jalur cita-cita suatu negeri, memaksa berbagai lapisan stake holder keluar sebagai “pemberontak”. Tak terkecuali mahasiswa sebagai pemberontak intelektual. Gerakan mahasiswa lahir menjadi salah satu arsitek peradaban. Mahasiswa menjadi kekuatan yang berinisiasi dalam mempelopori setiap perubahan. Tumbangnya Orde Lama tahun 1966, Peristiwa Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, dan terakhir pada runtuhnya Orde baru tahun 1998 adalah tonggak sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia. Energi “perlawanan” dan sikap kritis dalam membela kebenaran dan keadilan semakin mempertegas peran dan fungsi mahasiswa.
Menurut Arbi Sanit, ada lima sebab yang menjadikan mahasiswa peka dengan permasalahan kemasyarakatan sehingga mendorong mereka untuk melakukan perubahan. Diantaranya adalah mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai pandangan luas untuk dapat bergerak di antara semua lapisan masyarakat
Keberadaan mahasiswa sebagai aktor perubahan tak bisa di pandang sebelah mata. Gerakan mahasiswa menjadi gerakan yang patut diperhitungkan. Dengan jiwa semangat yang masih menggelora mampu membuat segala lapisan masyarakat turut serta dalam perubahan. Kekuatan inilah yang selalu di pertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan tak terkecuali para penguasa negara.
Gerakan mahasiswa akan selama tetap berjalan sampai keadaan yang menjadi cita-cita khalayak banyak tercapai. Pertarungan ideologi, antara ideologi pragmatis dan ideologi idealis akan tetap ada sampai tertanamnya ideologi alternatif yang ada dalam fitrah manusia. Sehingga ideologi ini mampu menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada.
Berawal dari pergerakan, menuju peradaban yang gilang gemilang.
(Ayyash Ibnu Muchtar)