Perempuan dalam Pembinaan Karakter Bangsa
“Barangsiapa mendidik seorang lelaki, maka ia telah
mendidik seorang manusia. Barangsiapa mendidik seorang perempuan, maka ia telah
mendidik masyarakatnya”.
(Dahulu)
Indonesia menjadi bangsa yang sangat disegani oleh bangsa lain. Hal tersebut
tidak terlepas dari peranan perempuan didalamnya. Sebelum kemerdekaan, banyak
sekali perempuan yang tidak gentar dalam mengusir penjajah. Dengan
keberaniannya, mereka berhasil membuat penjajah
menjadi gerah untuk berlama-lama menjajah di Indonesia. Salah satu perempuan
yang berani tersebut adalah Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien merupakan seorang
cendikiawan Islam, sehingga ia dijuluki sebagai “Ibu Perbu”. Cut Nyak Dien
dilahirkan dari keluarga bangsawan. Meskipun begitu, ia adalah perempuan yang
dengan kecerdasan dan keberaniannya berhasil
membuat Kolonial Belanda menjadi kelabakan. Ia berhasil memantik jiwa masyarakat
Aceh untuk bebas dari penjajahan Kolonial Belanda ketika Belanda mendarat di
Pantai Ceureumen serta menduduki Masjid Raya Baiturrohman dan membakarnya di
bawah pimpinan Kohler pada tahun 1873. Cut Nyak Dien yang menyaksikan peristiwa
itu berteriak:
“Lihatlah wahai orang-orang Aceh !!! Tempat ibadah
kita dirusak !!! Mereka telah mencorengkan nama ALLOH!!! Sampai kapan kita
begini???? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda???”
Keberaniannya
melawan Kolonial Belanda membuatnya dibuang ke Sumedang sebagai upaya
meredam pengaruhnya terhadap rakyat Aceh
dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah. Srikandi nasional ini wafat pada
tanggal 6 November 1908. Karena keberaniannya melawan Kolonial Belanda, ia
diberi sebutan “The Queen of Aceh Batlle”.
Satu
lagi Srikandi Nasional yang kecerdasan, keberanian serta tepak terjangnya dapat
menginspirasi perempuan Indonesia saat ini, H. R. Rasuna Said. H.R. Rasuna Said
adalah seorang perempuan yang mempunyai tekad yang keras dan berpandangan luas.
Awal perjuangannya dimulai dengan beraktivitas dalam Sarekat Rakyat dan
Persatuan Muslim Indonesia (PERMI). Kemahiran pidatonya yang isinya mengecam
pemerintahan Belanda, membuatnya terkena “Speek
Delict” yaitu hukum kolonial Belanda yang membuat seseorang dihukum karena
bicara menentang Belanda Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia diangkat sebagai
anggota DPR RIS, kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sejak 1959
sampai akhir hayatnya.
Dua
sosok Srikandi Nasional yang telah dikisahkan, membuktikan bahwa perempuan memiliki
andil dalam pembentukan karakter bangsa. Perempuan Indonesia perlu belajar
banyak dari pengorbanan keras Srikandi-srikandi Nasional. Mereka mengedepankan
diri mereka untuk bangsanya, bukan untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak
mengabaikan atau bahkan melupakan peran
mereka sebagai perempuan dalam pembinaan karakter bangsa. Semoga tulisan ini
dapat menginspirasi perempuan Indonesia saat ini. Karena perempuan merupakan
tumpuan harapan bagi masa depan bangsa. Kapanpun dan dimanapun berada, peran
perempuan sangat bermakna. Masa depan Indonesia ada di tangan kalian, wahai
Perempuan Indonesia. HIDUP PEREMPUAN INDONESIA….!!!
Gita Wulandari
(Perempuan
Indonesia)
Ikuti PenaAksi[dot]Com di twitter dan gabunglah bersama kami di facebook untuk mendukung gerakan "Saatnya Mahasiswa Menulis"