Ijazah Bukan Segalanya
“Kesuksesan adalah kemampuan untuk belajar dari kegagalan dan berguru pada pengalaman.” -David Hume-
Bisakah hidup sukses tanpa ijazah? Seharusnya bisa, dan sudah banyak yang membuktikan bisa. Tapi mengapa masih banyak yang belajar demi mengejar ijazah semata? Kalau Anda lihat orang-orang besar dunia yang sering masuk pemberitaan baik elektronik maupun cetak, Mayoritas dari mereka tampil tanpa gelar. Misalnya tokoh nomor satu Amerika hanya ditulis Barrack Obama, walaupun ia telah menggenggam gelar Master dari Harvard, universitas terbaik di sana.
Ini berbeda dengan Indonesia. Gelar menjadi harapan ketika kuliah. Gelar juga menjadi kebanggaan pascakuliah. Bahkan tak sedikit yang menghalalkan segala cara untuk meraih gelar. Sedihnya kita juga sering mendengar jual beli gelar sarjana. Maka orang-orang Indonesia amat bangga anak-anaknya diwisuda, karena setidaknya jika kelak menikah para orang tua akan bangga di belakang nama anak-anaknya ada embel-embel yang (seharusnya) menunjukkan intelektualitasnya.
Di Barat yang terjadi adalah kebalikan. Orang-orang tak merasa nyaman menuliskan gelar di depan atau di belakang namanya. Bagi mereka itu tidak perlu. Mereka hanya perlu menunjukkan kemampuan mereka.
Tahukah Anda Andy F Noya yang amat terkenal sebagai host Kick Andy di Metro TV? Sebuah acara inspiratif yang amat cerdas, ternyata si kribo ini tidak memiliki ijazah kesarjanaan apapun. Itu ternyata tidak menghalanginya meraih posisi sebagai host favorit, bahkan pernah menjadi pemimpin redaksi pemberitaan di televisi khusus berita. Andy tidak menunjukan ijazahnya yang memang tidak ada, tapi ia menunjukkan kualitas.
Kita pernah mengenal Adam Malik yang tak pernah mengenyam bangku sekolah sehingga otomatis tak punya ijazah apapun. Namun dengan semangat belajar otodidak yang militan dan kualitasnya yang luar biasa telah menghantarkannya menjadi menteri luar negeri yang brilian. Prestasinya kemudian mampu melejitkannya ke kursi wapres(wakil presiden) Indonesia.
Sesungguhnya masih banyak lagi tokoh lain yang tak punya ijazah kesarjanaan, tapi mampu menjadi tokoh yang diakui keilmuannya seperti Einstein, Thomas Alfa Edison dan lain-lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa ijazah bukanlah segalanya, namun ilmu dan keahlianlah yang harus kita cari. Ilmu dan keahlian tidak di dapat dengan bermalas-malasan melainkan dengan penuh pengorbanan waktu untuk menuntut ilmu (belajar). Sehingga bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu, carilah ilmu dan keahlian Anda untuk suatu kebaikan.
facebook : Rudy Romansyah
Artikel yang sedang Anda baca saat ini merupakan salah satu kontribusi karya tulis yang dikirimkan ke redaksi Pena Aksi. Ingin berpartisipasi? Ikuti petunjuknya di sini.