Reza S Zaki : Pemuda Harus Siap Memimpin
Penaaksi[dot]com - M. Reza S. Zaki adalah Alumni SMAN 89 Jakarta, Cakung beliau telah menyelesaikan studi S1nya di FH UGM konsentrasi hokum dagang. sekarang sedang melanjutkan studi S2 di HI UGM konsentrasi perdagangan internasional. berikut hasil wawancara @Rozan_Hilmy & @putrilrst dengan @RezaSZaki :
Apa saja pengalaman kakak yang sudah berlalu?
- Ketua OSIS tahun 2006 di SMAN 89 Jakarta.
- Duta Terumbu Karang Indonesia
- Ketua Dewan Perwakilan Fakultas (DPF) KM UGM tahun 2010
- 2009 Harvard World Model United Nations (HWMUN), Belanda, Stockholm Model United Nations (SMUN), Swedia
- 2010 ke Belanda untuk menghadiri acaranya Harvard dan WTO
- 2011 menjadi Founder ASEAN Student Organization Network (ASONe) bersama rekan-rekan lainnya dari Negara ASEAN
- 2012 mencanangkan greenschool
- 2010-2011 mempunyai partai yang didirikan oleh rekan-rekan PPSDMS untuk Pemira. Kami bersyahadat untuk maju. Kami all out untuk memenangkan Pemira tapi tidak untuk yang negatif. Hasil akhir kami mendapatkan 1000an suara. Maka terjadilah pergeseran peta politik di UGM.
- Tahun 2011 menjadi Kord Isu Korupsi BEM SI, tapi tahun 2012 BEM KM UGM keluar dr BEM SI
- Tahun 2012 melakukan restrukturisasi ASONe dengan membumikan organisasinya melalui program Join Opinion For Solving South East Asia (Jossea) 2013 bersama teman-teman pengurus ASONe
Kegiatan apa yang sekarang sedang kakak giatkan?
Oh iya, saya dan rekan-rekan saya mencanangkan tentang politik modern. Politik yang bukan sekedar deklarasi. Karena mendeklarasikan saja semua pun bisa, namun yang substantive belum tentu semuanya bisa. Bagi kami politik modern itu ketika teman-teman bisa mengelos selokan, mengaspal jalanan, dll yang bukan sekedar kampanye-kampanyean. Membangun greenschool juga termasuk ke dalam politik modern. Disebut juga low politic. Ini yang dilakukan oleh Pak Jusuf Kalla saat menangani kasus-kasus saat beliau masih menjabat. Makanya ia dapat penghargaan.
Bagi kami politik modern itu ketika teman-teman bisa mengelos selokan, mengaspal jalanan, dll yang bukan sekedar kampanye-kampanyean
Saya membuat organisasi anti korupsi yang berada di dalam BEM UGM. Organisasi ini berfokus pada pembinaan generasi, bukan pada penindakan hukum. Organisasi ini terbentuk pada 10 Juni 2012. Branding-nya menggunakan stand up comedian di UGM. Para stand up comedian pun bersyukur lantaran lawakannya lebih “berisi” dengan adanya ide kami tersebut. Saya selalu ingin membuat organisasi yang tidak hanya berdasarkan hasrat, rezim, dan jaman. Karena jika didasari pada hal itu, organisasi akan tenggelam dengan cepat. Organisasi ini bernama Mahasaksi.
Selain itu saya membangun organisasi kepemudaan di Sumedang. Namanya Rumah Imperium. Saya mengambil kata “Imperium” dari buku, artinya peradaban. Dan saya harapkan dengan adanya organisasi ini maka peradaban pun akan segera tercipta. Organisasi ini berfokus pada program-progam seperti menghafal Al-Qur’an, kepemimpinan, kepenulisan, training bahasa-bahasa asing, dll.
Apa impian kakak ke depannya?
Saya ingin tetap berfokus pada bidang perdagangan. Pada tahun 2030, Indonesia diprediksikan akan menempati 5 besar perekonomian dunia. Saya percaya jika pengusaha masih ada 0.8% di Indonesia saat ini, maka nantinya akan terwujud. Saya juga ingin menguasai banyak bahasa. Sekarang saya sedang mendalami bahasa Perancis. Karena saya ingin bekerja di Genewa nantinya. Saya percaya bahwa orang-orang yang menguasai banyak bahasa akan lebih sukses nantinya. Contoh Bung Karno yang menguasai kurang lebih 5 bahasa. Lalu Agus Salim yang menguasai kurang lebih 7 bahasa. Membangun bangsa? Kuasai bahasa!
Membangun bangsa? Kuasai bahasa!
Apa pendapat kakak tentang pemuda-pemudi yang apatis terhadap negaranya dan tidak menyenangi organisasi?
Saya tidak bisa menjudge kenapa orientasi mereka Cuma belajar. Menurut saya tergantung pendidikan dari keluarga. Ibu saya dulu aktivis HMI.
Tapi saya juga sempat dilarang untuk berorganisasi lantaran saya tidak pernah dapat ranking. Ibu saya menginginkan saya fokus pada urusan akademis.
Saya dulu selalu datang sangat pagi karena rumah saya jauh dari sekolah. Saya sampai di sekolah bahkan sebelum satpam bangun. Hal yang saya kerjakan ketika di sekolah itu masih hanya ada saya sendirian adalah piket. Karena ibu saya berprinsip bahwa kebersihan itu nomor 1. Maka hal itu diwariskannya pada saya.
Saya diminta untuk menjadi ketua OSIS. Saya dari ekskul futsal. Rival saya dari ekskul paskib. Biasanya anak-anak paskib, pramuka, PMR, dan sejenisnya itu lebih dipercayai untuk menjadi ketua OSIS. Saya di-underestimate “Masa ketua OSIS dari futsal sih? Bisa apa?” dan sebagainya. Sebenarnya dulu saya paskib, tapi karena tangan saya bengkok, saya jadi keluar paskib. Akhirnya saya terpilih jadi ketua OSIS juga saat itu. Ohya, dulu di OSIS masih ada tradisi gampar-gamparan. Memang tidak sepenuhnya baik. Namun nampaknya setelah budaya itu tidak lagi ada, implikasinya jadi berbeda. Yang ada di mata saya anak organisasi jadi masih ada yang “lenje”.
Nah, dari sana saya belajar politik, hukum, dll. Saya mulai mengkritik lewat tulisan saya. Waktu itu sedang gempar issue tentang 6.45 di sekolah saya. Saya tidak menyetujui kebijakan itu, maka saya mengkritiknya melalui mading. Memang, karya saya lebih pada perlawanan. Saya sampai dipanggil oleh pihak sekolah saat itu karena karya saya.
Saat itu OSIS kami belum memiliki jas. Saya mencanangkan jas berwarna merah maroon. Akhirnya teralisasi dan kami nampak lebih keren saat mengikuti pertemuan-pertemuan atau kompetisi.
Ohya di kampus ada teman saya yang sangat pintar berbahasa Inggris. Dia sering mentranslate jurnal para professor. Dia juga salah satu mahasiswa berprestasi. Tapi ya begitu saja. Dia ingin jadi dosen. Karena keluarganya juga dari background yang mementingkan sisi akademis. Jadi intinya, sifat apatis manusia terhadap entah itu Negara, organisasi, atau apapun, dipengaruhi oleh pendidikan dari keluarga masing-masing.
Ngomong-ngomong apa yang menjadi motivasi kakak untuk membangun Mahasaksi?
Karena Ibu saya. Ibu saya sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dulu teman saya ada yang pernah bilang bahwa lampu merah di Jakarta itu multitafsir. Bisa jadi jalan, bisa jadi berhenti. Saya benci akan hal itu. Itu adalah hal yang berkultur koruptif. Hal kecil lain yang koruptif yaitu pengingkaran janji. Nyata, ini ada disekitar kita.
Contoh lain, ada anak yang mengepel lantai. Namun yang mengaku melakukan itu semua malah kakaknya. Dan akhirnya kakaknya lah yang dipuji oleh ibunya. Hal ini juga masuk ke koruptif.
Menjadi malaikat itu tidak gampang. Bahkan tidak bisa. Untuk itu, sejak dini harus dibina.
Apa pesan kakak untuk masyarakat khususnya para pemuda?
Jangan antipati! Kalau semuanya antipati, siapa yang mau membangun negeri ini? Harus ada industrialisasi harapan. Sekarang banyak yang malas jadi pemimpin, lebih ingin jadi pebisnis. Itu cukup baik, namun jika birokrasi tidak diisi dengan orang-orang yang beres, maka tidak akan pernah beres.
Tak masalah jika ada ratusan atau bahkan ribuan orang yang mau jadi pemimpin negeri ini/presiden. Jokowi, dll harus naik level.
Semua harus berkemauan untuk jadi pemimpin! Tapi jangan cepat-cepat masuk partai! Berkarya dulu!
Trend ke depan, orang-orang ingin jadi pengusaha. Taka pa. Tapi harus peduli dengan pembangunan Negara juga. Jangan takut terjun ke politik, hukum, dll!
Yang sudah menjadi aktivis, jangan terlalu sering membaca buku-buku tentang filsafat! Nanti takutnya jadi lemah saat praktek di lapangan. Aktivis jgn hanya menguasai ilmu filsafat yang selama ini hadir menjadi "kegenitan" dan "merek" seorang aktivis, akan tetapi harus mau juga untuk segera terlibat menyelesaikan problem masyarakat agar mampu membangun solidaritas sosial
Sekarang banyak yang malas jadi pemimpin, lebih ingin jadi pebisnis. Itu cukup baik, namun jika birokrasi tidak diisi dengan orang-orang yang beres, maka tidak akan pernah beres.
idealisme atau cita-cita saya kedepan anak Indonesia bs menjadi Negarawan agamis, nasionalis, dan internasionalis
Punya Rekomendasi buku atau film untuk pemuda Indonesia?
Buku-bukunya Hatta (tentang ekonomi kerakyatan) dan Sjahrir (tentang diplomasi). Buku-buku Sukarno speerti Dibawah Bendera Revolusi, Sarinah, dan Ekuisi juga boleh. Bacaan serial tokoh bangsa Tempo juga bisa jadi rekomendasi. Buku tambahan soal Rekayasa Sosial (Jalaludin Rakhmat) & The Price of Civilization (Jefferey Sachs)
Facebook Reza Zaki II
Twitter @RezaSZaki