Sang Hero Cinta
Dulu penulis kagum dengan kisah cinta Romeo dan Juliet yang setia dan romantis. Romeo meminum racun di hadapan jasad Juliet yang pura-pura mati. Dan begitu sadar, Juliet segera mengecup mesra bibir Romeo yang berlepot racun. Sekarang penulis kecewa dengan kisah bodoh dan cengeng itu. Cinta yang menaklukan akal dan nurani serta berujung kematian yang hina. Pantas saja Ti Pat Kai, si babi gendut dalam kisah kera sakti berkata, “Dari dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir.”
Namun, kekecewaan itu tergantikan dengan kecemburuan kepada kisah cinta para pahlawan muslim masa lalu yang sangat berkorban. Ikrimah bin Abu Jahal tergeletak sebab 70 tikaman di dadanya seusai perang Yarmuk melawan pasukan Romawi. Disamping jasadnya adalah Al Harits bin Hasyim dan Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Al Harits kehausan dan memanggil-manggil kepada sekitar meminta air, namun ia melihat Ikrimah sangat kehausan dan ia berkata, “Berikanlah air kepada Ikrimah.” Ikrimah melihat Ayyasy juga sangat kehausan, kemudian dia berkata, Berikan air kepada Ayyasy.” Ketika air hampir diberikan, Ayyasy sudah wafat. Para pemberi air dengan cepat menuju Ikrimah dan Al-Harits, namun keduanya pun sudah wafat.
Dzokar Dudayev, Syamil Basayev, dan Ibnul Khattab adalah tiga pahlawan abad baru. Bagi Rusia, mungkin mereka dianggap sebagai teroris, pengacau, penjahat, dan bahkan iblis. Tapi bagi penulis mereka adalah pahlawan muslim yang cinta dengan mengorbankan nyawanya untuk Allah Yang Maha Perkasa.
Dzokar Dudayev adalah presiden negara Republik Cechnya. Rusia terus menerus merancang makar untuk menggulingkan Dudayev. Mereka mengisolasi ekonomi dan menuduh Cechnya sebagai sarang penjahat. Namun Dudayev tetap bertahan mengawal negaranya. Boris Yeltsin sebagai presiden Rusia memerintahkan angkatan udara Rusia memborbardir ibukota Cechnya, Grozny. Tentara-tentara komunis Rusia memperkosa muslimah-muslimah shalihah di Grozny, membunuh pemuda, dan melumpuhkan negara. Walaupun rakyat Cechnya hanya 1,2 juta jiwa, ketika Dudayev memproklamasikan perang, semuanya siap berkorban jiwa dn an raga.
Dudayev terlalu lama mengudara dan berbicara dengan negosiator perdamaian, Konstantin Borovoi. Borovoi seorang anggota parlemen Rusia yang menjadi penghubung Dudayev dan Yeltsin. Dudayev memberi peringatan kepada Borovoi. “Sebentar lagi, Moskow akan sangat panas,” ujar Dudayev. “Apakah kau tinggal di tengah-tengahnya, “tanya Dudayev kepada Borovoi. Dudayev tidak ingin temannya yang mengupayakan perundingan damai terkena serangan. “Kau sebaiknya pindah saat kami menyerang,” Dudayev memperingatkan Borovoi. “Tak ada diskusi lagi, kami akan menyerang,”tandas Dudayev ketika Borovoi memintanya untuk berpikir ulang.
Tak lama setelah itu, line telepon milik Borovoi terputus. Dalam hitungan menit, dua psawat jet jenis Sukhoi SU-25 meluncur dengan bekal titik koordnat yang diberikan oleh satelit mata-mata milik Amerika. Sekejap saja, ledakan besar terjadi di perkampungan Gekhi Chu, 20 mil arah selatan dari kota Grozny.
Setelah ledakan yang panjang, Gekhi Chu menjadi mati. Jenderal Dzokhar Musayevich Dudayev telah wafat. Lalu suara tangis terdengar sambung menyambung. Ibu-ibu seluruh Gekhi Chu seolah langsung tahu, bahwa pemimpin yang mereka cinta telah tiada. Mereka menangisi Dudayev melebihi tangis kepada suami dan saudara-saudaranya. Dudayev, pemimpin Cechnya yang memenuhi cita-cita hidup mereka di negara Islam yang penuh kedamaian.
Sejarah mengenang juga Syamil Basayev dan Ibnul Khattab di Cechnya. Saat presiden Dudayev memproklamasikan kemerdekaan di Cechnya dengan Islam sebagai asas pemerintahannya, Syamil Basayev terpanggil untuk bergabung dan mendukung Dudayev. Ketika tak sengaja Ibnul Khattab menyaksikan lewat televisi satelit Afghanistan, orang-orang Cechnya sedang melawan tentara Rusia . Satu diantara mereka yang berperang dilihatnya memakai ikat kepala bertuliskan laa ilaha illallah. Tanpa pikir panjang, Ibnul Khattab langsung mencari jalan untuk berjuang bersama para pahlawan Cechnya.
Kemenangan-kemenangan yang diraih Cechnya tak lepas dari usaha komandan panglima perang mereka, Syamil Basayev. Ia berhasil merebut Ibukota Grozny dari tangan Rusia dengan kekuatan 11.000 tentara. Awal pertengahan Februari 2000, ia dan pasukannya terjebak ranjau-ranjau yang ditanam pasukan Rusia. Akibatnnya kaki kanan Basayev diamputasi. Walaupun begitu, ia masih melanjutkan perjuangannya melawan Rusia. 10 Juli 2006, kabar mengejutkan dirilis oleh kantor berita Rusia. Syamil Basayev telah terbunuh. Kabarnya truk yang ditumpangi Syamil Basayev melindas bom tanah dan meledak seketika, mewafatkan tiga orang termasuk Syamil Basayev.
Konon ledakan ini dirancang oleh FSB(dinas rahasia pemerintahan Rusia) dengan meletakkan detonator pada bahan peledak yang dibawa truk Syamil Basayev. Radar FSB berhasil menangkap truk yang ditumpangi Syamil Basayev berada dekat target. FSB melihatnya sebagai peluang untuk membunuh Syamil Basayev. Para rakyat Cechnya lainnya menyangkal itu. Ledakan itu murni kecelakaan. Meskipun begitu, perjuangan mereka tak akan berhenti karena wafatnya Syamil Basayev.
Tahun 1995 Ibnul Khattab pertama kali menginjakkan kaki di Cechnya. Hanya dalam satu tahun, ia menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) Rusia. Ia dan pasukannya menyergap konvoi kendaraan tentara Rusia yang berjumlah tak kurang dari 50 kendaraan berat yang telah menghancurkan perkampungan Muslim. Seluruh kendaraan itu berhasil dimusnahkan oleh Ibnul Khattab dan pasukannya. Rusia kehilangan 223 pasukannya, termasuk 26 perwira tinggi yang memimpin konvoi.
Dalam perang Cechnya, ia wafat bukan karena tertembus peluru dan terserang bom, melainkan racun yang dibubuhkan pada surat. Seorang kurir yang direkrut menjadi agen FSB lah yang mengirimkan surat itu kepada Ibnul Khattab. Hampir setengah usianya dihabiskan di medan perang membela agama Allah. Di buku hariannya ditemukan puisi kecil yang bertuliskan:
Setetes saja racun, akan membunuhmu
Membuatmu tak berdaya melakukan apapun
Kehidupan adalah perjuangan
Dan perjuangan akan menyelamatkanmu
dari tetesan itu
Tetapi kita tetap menuju fana
Maka pilihlah jalan yang paling mulia untuk kematian
Jalan yang membawa kemuliaan di surga
Dan jangan kau mati karena urusan dunia
Yang tentu akan melemparkanmu ke neraka
“PAHLAWAN CINTA TIDAK WAFAT, SESUNGGUHNYA MEREKA HIDUP DI SISI ALLAH YANG MAHA PERKASA”
Andi Ryansyah, Mahasiswa UNJ