Bertasbih bersama Alam
Setiap orang dilahirkan untuk menjadi 'apa-apa'
Terasa sungkan apabila kita menilai seseorang bahwa dia 'bukan apa-apa'
Kadang,
Kita perlu buta di mata
Kita butuh tuli di telinga
Supaya kita mampu berjalan meniti masa depan
Tak perlu mengikuti kebanyakan alur
Alur yang mengutamakan kepentingan kelompoknya di atas segalanya
Menciptakan warna, itu akan lebih bermakna
Merasakan apa yang tidak dirasakan kebanyakan
Mendengar apa yang tidak terdengar oleh kepentingan kelompok
Melihat menerawang ke depan
Berpikiran tajam mengandung kebaikan sebagai wujud syukur kita kepada Sang Pencipta
Karnanya religiusitas ternilai atas karya kita
Bukalah pintu hati dan pikiran untuk mau menerima perbedaan
Alam tlah mengajari kita untuk bertasbih
Lewat tulisan ini aku pun bertasbih bersama angin malam, mencoba untuk membuka hati kawan-kawan ku agar mampu berkarya merasakan alam
Fitri Febriyanti
Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa angkatan 2011
Universitas Negeri Semarang
Artikel yang sedang Anda baca saat ini merupakan salah satu kontribusi karya tulis yang dikirimkan ke redaksi Pena Aksi. Ingin berpartisipasi? Ikuti petunjuknya di sini.