#FutureShaper 4 : David VS Goliath dan Petualangan Menjadi Pemimpin Mengagumkan



Salah satu pengalaman tak terlupakan saya ketika mengawali Forum for Indonesia dua tahun lalu adalah ketika waktu itu beberapa teman di sekitar saya mengkritik dan mencela habis-habisan sebuah ijtihad pengabdian saya untuk Indonesia melalui pendirian organisasi ini. Teman-teman saya ini mengatakan saya sok nasionalis, sok berpengalaman, oportunis, program-program organisasi tidak konkret, basis ideologi tidak jelas dan berbagai celotehan lain melalui Facebook, Twitter, dan obrolan-obrolan mereka. Sempat rasanya saya ingin marah dan mencela balik mereka, “Siapa kalian mengkritik saya?” Saya juga sempat sedih, mengapa teman-teman ini yang sebelumnya baik, sopan dan apresiatif, tiba-tiba mengkritik pedas dan destruktif seperti ini. Tetapi saya memilih untuk diam, mendengarkan, dan mencoba merenungi peristiwa yang saya alami tersebut dan tetap melanjutkan perjuangan membangun Forum for Indonesia.

Hari ini, Forum for Indonesia telah berkembang dari hanya saya dan rekan co-founder, Rifky Wicaksono, menjadi organisasi yang memiliki lebih dari 200 volunteers yang ada di 12 kota/daerah di Indonesia. Kami melakukan lebih dari 10 proyek di berbagai kota/daerah dari membangun fasilitas sanitasi di sebuah desa di Bogor, menjalankan pendidikan informal untuk anak kurang beruntung di Semarang dan Surabaya, mengirimkan buku untuk anak-anak di pulau terpencil perbatasan Indonesia-Malaysia, membuat event talk show inspiratif di Yogya, sampai membantu korban banjir di Padang. Kami juga pernah bekerjasama dengan dan mendapatsupport dari United Nations Volunteers, UNESCO¸ UNEP, Bank Syari’ah Mandiri dsb. Permulaan yang sangat humble memang, semoga kami bisa lebih kontributif lagi ke depannya. Har ini, saya tidak lagi mendengar ocehan teman-teman saya yang sangat vokal mengkritik dua tahun lalu.

Saya menjadi paham bahwa dalam setiap perjuangan, pasti ada pihak-pihak yang ingin menghentikan perjuangan kita, membuat kita tidak percaya diri dengan apa yang ingin kita capai. Saya teringat sebuah cerita tentang David vs Goliath. Dahulu kala di Israel terhadi pertempuran antara tentara dari Raja Saul dengan tentara-tentara Philistine di sekitar Bethlehem dan Lembah Elah. Prajurit paling hebat dari Philistine, Goliath maju menantang prajurit terhebat dari kubu Raja Saul. Strategi perang dengan “prajurit terbaik pihak Philistine vs prajurit terbaik Raja Saul” sangat tidak umum karena yang dipertaruhkan adalah Kerajaan, bukan hal-hal kecil seperti perbatasan dan akses ke suatu mata air seperti pada umumnya.

Tetapi Philistine sangat beruntung memiliki Goliath, ia adalah prajurit paling hebat yang pernah mereka miliki. Goliath tidak punya sejarah kalah dari siapapun sebelumnya. Oleh karena itu wajar apabila Philistine mempercayakan keseluruhan kerajaannya pada pertarungan Goliath—mereka yakin Goliath pasti menang.

Ketika Goliath berteriak, “Siapa dari kalian yang berani melawan aku?” kepada prajurit Raja Saul, tidak ada yang berani, sama sekali. Waktu itu ada seorang yang bernama David, ia bukan prajurit, ia di medan perang hanya untuk mencari saudaranya yang menjadi prajurit dan memberikan roti dan gandung untuk makan saudaranya—sesuai yang diminta Bapaknya. Waktu itu Raja Paul mengumumkan sayambara, barang siapa yang berani melawan Goliath ia akan mendapatkan harta benda melimpah, suami dari puteri-nya, dan bebas pajak seumur hidup. David maju ke barisan depan dan bilang kepada Raja, bahwa dialah yang akan menantang Goliath. Karena tidak ada yang lain, Raja mengizinkan David untuk mewakili kerajaannya. Singkat cerita, dengan tongkat dan bebatuan yang ada disekitarnya, David dapat mengalahkan Goliath. Kerajaan yang dipimpin Raja Saul menang!

Dari cerita ini kita akan paham bahwa sebuah elemen yang sangat essensial bagi seorang pemimpin adalah memiliki keberanian. Apa yang membuat David menang sebenarnya bukanlah talents dan skills berperang atau strategi militer, tapi yang paling utama karena David memiliki keberanian untuk menantang Goliath. Banyak prajurit yang secara skills dan talents militer lebih baik dari pada David, tetapi mereka tidak memiliki yang David punya: Keberanian. Cerita ini sangat relevan untuk penjelasan saya di awal, karena cerita inspiratif ini menguatkan saya untuk memberanikan diri menghadapi “musuh” berupa orang-orang yang secara irasional tidak suka dengan saya dan perjuangan saya. Tanpa keberanian itu, mungkin Forum for Indonesia tidak akan bertahan sampai sekarang.

Peter Drucker (1999) seorang pakar dalam dunia manajemen pernah mengatakan: “Whenever you see a successful business, someone once made a courageous decision.”Keberanian ini bisa dimaksudkan dalam berbagai hal. Contoh saya dan David vs Goliath di atas adalah contoh keberanian menghadapi kritikkan dan tetap melanjutkan perjuangan serta tetap percaya diri di kondisi penuh keterbatasan. Keberanian juga bisa berarti untuk berani mengambil sebuah kesempatan atau keberanian menanggung sebuah risiko kegagalan dalam berinovasi. Ya tindakan keberanian, percaya diri bahwa kita mampu, adalah inti dari kepemimpinan. Di dalam artikel saya sebelumnya, “Memiliki Identitas Kepakaran” saya menerangkan tentang pentingnya talents dan skills dalam diri. Menurut saya hanya dengan memiliki kepakaran, kita tidak akan bisa menjadi pemimpin. Talents danskills hanya akan bermanfaat apabila kita berani untuk menggunakannya dan memanfaatkannya.

Tidak ada pemimpin yang berhasil apabila dia adalah seorang penakut. Semua pemimpin hebat yang kita kenal: KH Ahmad Dahlan, Soekarno, Barack Obama, Marvin Bower, dsb kesemuanya adalah pemberani. Bagi yang beragama Islam, coba kembali tengok kisah nabi dan rasul dahulu: Muhammad, Ibrahim, Musa, Nuh, Isa dsb adalah manusia-manusia yang walaupun lingkungan memaksa mereka untuk takut, khawatir, dan minder, mereka lebih memilih untuk berani dan percaya diri. Keberanian inilah sikap yang juga harus kita teladani dalam perjalanan kita menjadi seorang pemimpin. Saya punya banyak teman yang cerdas dan memiliki keinginan untuk berkarya sesuatu, tetapi karena tidak memiliki keberanian, akhirnya sekarang dia tidak kemana-mana—tidak berhasil membuat karya. Keberanianlah yang membedakan antara orang-orang yang berhasil dengan orang-orang yang gagal.

Sekarang, apapun inisiatif teman-teman baik itu dalam membuat proyek sosial, bisnis, menulis buku dsb, beranilah! Ke depannya pasti banyak kritikkan, orang-orang yang menghardik dan mengganggu kita, tantangan yang kunjung usai, dan mungkin juga kegagalan—yang bisa membuat kita untuk memilih berhenti atau bahkan mengurungkan niat sebelum memulai. Tapi hikmah yang pernah saya alami menganjurkan sebaliknya, bahwa apapun yang akan kita hadapi, apakah itu berat atau ringan, apabila kita meyakini apa yang ingin kita lakukan, beranilah untuk melakukannya. Percayalah bahwa apapun yang akan terjadi, setidak-tidaknya kita akan mendapatkan pengalaman hidup tak ternilai yang tidak akan kita dapatkan apabila kita tidak mencobanya. Dan ingat, Tuhan bersama orang-orang yang memiliki mimpi dan berjuang untuk mimpinya. Selamat melanjutkan petualangan! Buktikan bahwa Anda adalah diantara orang-orang pemberani.

Notes: Apabila teman-teman ingin konsultasi tentang berbagai topik seputar kepemimpinan, manajemen, dan inovasi, silahkan menghubungi saya ke kolom berikut. Kita bisa menjadwalkan untuk berkomunikasi via telepon, Skype atau bahkan in-person meeting apabila memungkinkan. Layanan konsultasi ini gratis! 


#FutureShaper adalah program dari Forum for Indonesia yang merupakan edisi tulisan-tulisan tentang kepemimpinan dan manajemen. Edisi ini ditulis untuk menjadi salah satu bahan inspirasi dan diskusi bagi teman-teman yang ingin mengawali petualangan menjadi pemimpin di lingkungan kita masing-masing.

@FutureShaperID | @forumforID | @GhufronMustaqim


Artikel ini juga bisa dibaca di sini
Post ADS 1
Banner
Banner