Ternyata kita Juga Lupa
Lagi asyik nih debatin penulis novel yang karya - karyanya banyak dibaca orang. walaupun saya sampai saat ini belum pernah baca buku - bukunya. bukan karena mengganggap jelek karyaknya sih tapi memang gak cocok dengan genrenya saja.hehe
Semua berawal dari status facebook dia soal komunis.
"Indonesia itu merdeka, karena jasa-jasa tiada tara para pahlawan--yang sebagian besar diantara mereka adalah ulama-ulama besar, juga tokoh2 agama lain. Orang-orang religius, beragama.
Apakah ada orang komunis, pemikir sosialis, aktivis HAM, pendukung liberal, yang pernah bertarung hidup mati melawan serdadu Belanda, Inggris atau Jepang? Silahkan cari.
Anak muda, bacalah sejarah bangsa ini dengan baik. Jangan terlalu terpesona dengan paham-paham luar, seolah itu keren sekali; sementara sejarah dan kearifan bangsa sendiri dilupakan."
Walaupun sudah beliau berikan penjelasan soalnya
Postingan ini kalau dibaca dengan baik, poin paling pentingnya adalah jangan melupakan peran ulama, tokoh2 agama lain sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan. Redaksionalnya memang jadi seperti menyerang jika dianggap menyerang. Tapi kalau semua orang mau jujur, terutama yang sangat keberatan dengan status ini, bukankah saat mereka membuat tulisan Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dll, di media sosial masing2, mereka juga menafikan peran ulama, tokoh agama lain? Saat mereka membahas paham komunis, paham sosialis, seolah besar sekali dampak pemikiran tokoh2 paham ini dalam membentuk negara, melupakan peran pihak lain. Kemudian mereka tutup diskusi dengan juga menyuruh siapapun membaca buku sejarah jika tidak percaya? Saya simply hanya melakukan pola yang sama.
Saya mau ngomentarin sedikit sih, bukan status tere liyenya, tapi beberapa reaksi dari orang - orang yang tidak terima, dan membela prinsipnya. ada yang bilang
Pengantar madilog "katanya" sarat agama. terus? sarat doang kan, justru yang bahaya itu kalo campus sari. mencampur adukkan agama dengan yang bertentangan atasnya. walaupun saya tahu tan malaka itu sudah gak murni lagi komunis, beliau itu mengambil saripati komunis kedalam budaya indonesia, ia juga gak setuju dengan beberapa pemberontakan yang di komandoi PKI, makanya beliau buat partai murba. karena Tan Malaka dan PKI sudah gak sejalan.
Sudah taukah kalo Tan Malaka itu cucu keturunan Ulama? ini lagi yang paling lucu, memang kenapa kalo keturunan Ulama? Jaminan? Islam di akhirat gak nanyain tuh anda keturunan siapa.hehe yang ditanya itu. siapa tuhanmu, imammu, agamamu, hartamu untuk apa, masa mudamu untuk apa, dst.
udah cuma mau ngomentari itu aja. maaf kalo kurang berkenan. hormat untuk Para Ulama, Pejuang yang ikhlas, dan Menghargai jasa-jasa Tan Malaka :)